Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), seorang guru pasti akan menemui tantangan yang terkadang sulit dihadapi. Tantangan tersebut bisa disebabkan karena faktor internal (dalam diri guru itu sendiri) dan faktor eksternal (dari siswa atau lingkungan sekolah). Meski demikian, seorang guru harus dapat mengatasi permasalahan tersebut agar pembelajaran tetap berjalan secara efektif.
Coaching merupakan alat yang tepat untuk mengatasi tantangan yang dihadapi guru sehingga mereka mampu menggali dan menemukan solusi secara mandiri. Pada hakikatnya setiap orang memiliki solusi atas tantangan dan permasalahan yang dihadapi hanya saja perlu “dipancing” agar ide-ide dan gagasan itu muncul ke permukaan. Oleh karena itu sebagai calon guru penggerak, penulis diberi kesempatan berharga untuk mempraktikkan simulasi coaching dengan model TIRTA bersama teman sejawat didampingi oleh pengajar praktik sehingga diharapkan dapat menjadi sarana belajar praktik coaching sekaligus bisa membantu meringankan beban di pundak teman sejawat yang mengganggu kinerjanya sebagai seorang guru.
Saat merencanakan aksi nyata, penulis merasa senang dapat mengasah keterampilan praktik coaching ini dengan teman sejawat. Kegiatan ini menjadi media penulis untuk mengetahui kasus-kasus yang seringkali terjadi di sekolah dan menjadi penghambat kemajuan guru dalam mencapai tujuannya. Di tahap perencanaan, penulis sebagai coach membuat pertanyaan-pertanyaan pemandu model TIRTA yang dapat mengarahkan coachee menemukan solusi secara mandiri.
Pertama, tahapan tujuan. Pada tahapan ini coach berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan yang dapat membangun kedekatan antara coach dan coachee misalnya tentang hobi, minat, kondisi dirinya dan setelah itu menentukan tujuan dari coaching. Kedua, tahapan identifikasi yakni memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik yang mengarah pada identifikasi potensi coachee. Jawaban sebenarnya sudah ada dalam diri coachee, hanya saja masih perlu digali. Ketiga, tahapan rencana aksi yakni coach mulai membantu coachee dalam merancang rencana strategis yang paling sesuai untuk diri coachee dalam mencapai tujuannya. Dan keempat, tanggung jawab yakni coach bertindak sebagai fasilitator atau pemandu agar coachee dapat membuat komitmen dalam menjalankan rencana aksinya.
Keberhasilan dan Kegagalan Pelaksanaan Aksi Nyata
Keberhasilan:
- Coach dapat menyampaikan pembuka, coachee dapat menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dengan jelas.
- Pertanyaan coach sudah bersifat terbuka dan mampu mengeksplorasi coachee memberikan respon dengan lancar. Potensi dan alternatif solusi tergali.
- Coach dapat membantu coachee dalam menyusun strategi untuk mencapai tujuan secara mandiri
- Coach dapat mengarahkan coachee membangun komitmen.
Kegagalan:
Beberapa guru tidak bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan simulasi coaching
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
Agar praktik coaching ini dapat berjalan dengan baik, penulis berupaya untuk dapat mensosialisasikan signifikansi penerapan coaching di sekolah terutama dalam komunitas praktisi, melakukan kolaborasi dengan guru Bimbingan Konseling dalam penerapan coaching di sekolah dan tentu mulai menerapkan praktik coaching di sekolah saat menghadapi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar baik bagi guru maupun murid.