A. Latar Belakang
Akibat adanya era globalisasi membawa pengaruh kepada seluruh aspek, baik dari segi Pendidikan, Ekonomi, Sosial, IPTEK, bahkan moral anak remaja pun mengalami perubahan. Hal yang sangat mengguncangkan bagi seluruh negara adalah masalah perekonomian. Tetapi di indonesia tidak hanya itu, krisis moral anak remajapun sangat memprihatinkan. Moral atau perilaku anak remaja di indonesia mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari negara luar yang dibawa ke indonesia. Itu semua langsung diserap begitu saja tanpa memikirkan atau memilih perilaku yang seharusnya di ambil oleh anak remaja di indonesia. Dahulu, moral anak indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tuturbahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di indonesia sangat memprihatinkan.
Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi informasi). Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.
Seorang pendidik layaknya petani yang menanam padi. Ia hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Sehingga pendidik hanya dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya agar benih padi dapat tumbuh dengan baik.” Budaya positif adalah upaya pendidik menciptakan suasana aman, nyaman bagi murid “merdeka” untuk tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing. “merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri” (Ki Hajar Dewantara).
Budaya Positif haruslah dilakukan dengan cara-cara positif seperti penggunaan bahasa yang positif dan menghindari bahasa larangan, mengajak berdiskusi murid yang belum menerapkan budaya positif dan lain-lain. Kesepakatan kelas adalah salah satu cara atau alat untuk membiasakan budaya positif. Dengan Kesepakatan Kelas kita bisa membuat peraturan yang sesuai dengan kita dan para murid, diskusikan kesepakatan tersebut dan selalu utamakan berbagi dan dialog. Selain itu yang tidak kalah pentingnya untuk menerapkan Budaya Positif adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri, jadilah teladan untuk murid kita, rekan sejawat atau pun masyarakat. Kita bisa memberikan contoh mulai dari hal-hal kecil seperti , membuang sampah ditempatnya, berkata sopan kepada rekan dan siswa, mengucapkan salam, terima kasih dan meminta maaf disituasi yang semestinya atau disiplin waktu dengan tidak terlambat di setiap kesempatan atau acara.
B. Desain Perencanaan Aksi Nyata
C. Desain Aksi Nyata
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan keyakinan kelas.
Prosedur Pembentukan Keyakinan Kelas:
- Mempersilakan murid-murid di kelas untuk bercurah pendapat tentang impian kelas yang ingin dicapai
- Mencatat semua masukan-masukan para murid bagaimana impian bisa diwujudkan di papan tulis dengan menempel stiky note.
- Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Kelas’
- Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti dari peraturan tersebut. Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah tepat waktu bisa disarikan menjadi 1 Keyakinan, yaitu keyakinan untuk Saling Menghormati atau nilai kebajikan Hormat. Keyakinan inilah yang dijadikan daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan peralihan dari bentuk peraturan ke keyakinan kelas.
- Tinjau ulang Keyakinan Kelas secara bersama-sama. Seharusnya setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan akan berkurang. Sebaiknya keyakinan kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya.
- Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut, termasuk guru dan semua murid.
- Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
C. Pelaksanaan
Setelah keyakinan kelas disepakati maka saatnya untuk melaksanakan keyakinan kelas yang telah disepakati. Pada tahap pelaksanaan bahwa siswa mulai dalam dirinya dengan semangat motivasi dari dalam intrinsiknya mulai terbentuk, bahwa anak didik mulai mematuhi berbagai kesepakatan kelas misalkan pada saat proses pembelajaran yang biasanya terkadang tidak minta izin ke guru jika ingin keluar, kurang semangat dalam belajar, mengganggu temannya saat belajar, terkadang ribut dan berbicara dan kurang memperhatikan kebersihan kelas serta tidak atau kurang disiplin pada saat memulai pembelajaran anak didik masih telat datang atau masuk ke ruang kelas, namun lambat laun kebiasaan kebiasaan yang tidak baik itu mereka tinggalkan, karena di dalam dirinya telah terbentuk kesadaran untuk mematuhi apa yang mereka inginkan.
D. Evaluasi dan Perbaikan
Evaluasi dari pelaksanaan pembuatan keyakinan kelas adalah belum adanya konsekuensi yang disepakati bersama. Sehingga saat ada yang melanggar peraturan maka siswa baru diberikan peringatan. Keyakinan kelas juga baru terlaksana di salah satu kelas sehingga perlu untuk disosialisasikan ke kelas yang lainnya. Perbaikan yang akan dilakukan adalah membuat konsekuensi serta membagikan praktik baik kepada kelas yang lain
Perlunya konsistensi dalam mengingatkan dan melaksanakan pembuatan kelas ini, bahwa kami juga perlu lebih giat lagi untuk sosialisasikan keteman sejawat/sesama guru untuk lebih membudayakan hal ini di kelas, karena kami belum sentuh semuanya ke teman guru untuk melakukan pembuatan keyakinan kelas ini.
Untuk lengkapnya bisa disimak video aksi nyata kami pada link di bawah ini :
https://www.canva.com/design/DAE1MOrqX3Q/vk50shP-FFR_34St92aE0A/view?utm_content=DAE1MOrqX3Q&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=sharebutton atau link di bawah ini :
Demikian paparan yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat. Salam guru penggerak!!!